Sunday, October 15, 2006
Menata rumah mungil agar nyaman

SAAT ini terbatasnya uang sudah tidak relevan lagi sebagai alasan memiliki rumah berukuran kecil. Keterbatasan lahan, apalagi di kota-kota besar, menuntut masyarakat untuk berhemat dalam mendirikan rumah.

....

BAHKAN masyarakat di perkotaan cenderung ingin memiliki rumah yang praktis dan multifungsi, tetapi tetap nyaman untuk ditinggali. Tidak mengherankan jika gaya minimalis kerap digandrungi sehingga rumah-rumah mungil pun tetap mempunyai seabrek fungsi. Living in the box, mungkin itulah ungkapan yang cocok.

Sebenarnya, masih sulit untuk mendefinisikan rumah mungil karena menurut Prima Haris, konsultan dan pengasuh rubrik konsultasi desain interior di tabloid Rumah, rumah seluas 135 meter persegi pun masih bisa disebut mungil. Belum lagi jika kita menilik kemampuan orang kaya dan miskin dalam membangun rumah.

Akan tetapi, yang jelas dalam rumah mungil hanya terdapat fungsi pokok rumah. Kini rumah mungil tidak selalu berarti kaku, sumpek, dan sempit. Sebenarnya, rumah mungil dapat ditata dengan interior yang tepat agar nyaman dan terkesan luas.

Menarik untuk dikaji, tips 3 in 1 + Prima Haris, dalam acara Temu Pembaca Tabloid Rumah, di Bandung, Rabu (15/6). Temu pembaca ini merupakan salah satu rangkaian acara Kompas- Gramedia Fair bersama BNI Tapenas yang digelar di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Institut Teknologi Bandung (ITB), 14-19 Juni 2005.

PERTAMA, jadikanlah rumah mungil sebagai cerminan gaya hidup kita. "Interior ialah jiwa yang punya rumah," tutur Haris. Maksudnya, sesuaikanlah desain interior rumah kita dengan karakter dan gaya hidup kita sehari-hari.

Orang yang suka membawa pekerjaan ke rumah bisa saja menata ruang kerjanya sedikit berbeda dengan desain ruangan lainnya. Ini dilakukan agar mereka dapat bekerja senyaman mungkin.

Lain "si tukang kerja", lain pula "si tukang mandi". Misalnya, seorang seniman yang senang berlama-lama di kamar mandi karena kerap mendapat inspirasi di sana bisa menambahkan aksesori dan fungsi tambahan pada ruangan. Aksesori tambahan itu akhirnya bisa berfungsi sebagai sarana untuk bekerja.

Kedua, ruangan yang sempit dapat memberikan kesan yang luas jika kita mempertimbangkan pilihan warna cat, keberadaan cermin dan kaca, serta minimnya aksesori.

Haris, yang juga alumnus Teknik Arsitektur ITB ini, menjelaskan, warna senada atau yang masih satu turunan sebaiknya menjadi pilihan kita ketika mengecat rumah. Jadi jangan memilih warna-warna yang gelap karena akan memberikan kesan sempit pada ruangan. Pilihlah warna yang dapat memberikan kesan ringan dan teduh.

Namun, patut diingat, pilihan warna cat ini pun harus disesuaikan dengan fungsi ruangan. Warna yang lembut dan ringan, seperti biru dan ungu, kurang cocok untuk ruangan belajar anak karena akan memberikan kesan teduh. Akibatnya, anak akan kurang bergairah belajar. Merah dan oranye, yang bersifat ceria serta riang, adalah contoh warna yang justru cocok untuk kondisi belajar anak.

FAKTOR pencahayaan dari lampu pun tidak sepatutnya dilupakan. Cahaya lampu, menurut Haris, hanya ada dua, yaitu kuning dan putih. Cahaya putih dari lampu neon, misalnya, lebih memberikan kesan dingin, formal, dan tidak alami. Adapun warna kuning berkesan lebih hangat, segar, alami, dan romantis.

Sementara itu, kaca yang membatasi bagian dalam rumah dengan ruangan di luarnya pun memengaruhi kesan pandangan yang ditimbulkan. "Adanya kaca membuat kita bisa melihat keluar. Hal ini, secara psikologis, memberikan kesan bahwa ruangan itu luas," tutur Haris.

Selain itu, adanya kaca membuat sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Nuansa ruangan dapat mengalir ringan jika sinar matahari leluasa masuk dan pandangan mata lepas ke halaman.

Unsur vertikal terlalu banyak dan blocking untuk memisahkan satu ruangan dengan yang lainnya juga dapat memberikan kesan kaku dan sempit. Sebaiknya hindari unsur vertikal yang terlalu banyak ini. Bufet kecil atau bahkan sofa bisa dijadikan media penyekat ruangan.

Jika kita memiliki rumah yang mungil, sebaiknya pula memilih mebel yang kalem dan simpel. Mebel yang dipilih pun dianjurkan memiliki warna yang mendekati warna dinding sehingga tidak terkesan berat dan sempit.

Warna gelap biasanya cenderung terkesan mengarah mendekati kita sehingga ruangan tampak lebih sempit. Unsur- unsur alam, seperti pepohonan dan tanaman bunga, dapat pula ditambahkan untuk memberikan kesegaran pada ruangan.

PEMANFAATAN ruang-ruang kosong yang ada di rumah untuk menaruh barang-barang merupakan faktor ketiga dari konsep 3 in 1. Misalnya, ruang di bawah wastafel yang biasa kosong dapat dimanfaatkan untuk menyimpan beberapa jenis barang.

Kemudian ruang kosong sekitar satu meter di bawah plafon pun dapat lebih difungsikan. Berburu ruang sisa, itulah istilah Haris. "Dengan begitu, satu tempat bisa saja multifungsi," ujar pria yang pernah menjadi Direktur Indonesian Interior and Architectural Space Resource Center ini.

"Dinding menganggur, no way," kata Haris. Justru di dindinglah terdapat kekayaan kita. Selain ketiga hal di atas, dinding rumah pun dapat dimanfaatkan. Ia mengatakan, kita bisa saja membuat rak buku di dinding rumah. Namun, warna rak pun jangan terlalu kontras dengan warna dinding yang ada.

Bagi yang ingin memasang wallpaper, pakailah yang bermotif dan berwarna ringan. Corak lekukan daun yang lebar-lebar, misalnya, justru bisa menyita pandangan. Warna polos dengan garis tipis-tipis dan kotak kecil-kecil malah dapat mengistirahatkan pandangan dan pikiran kita sehingga menjadi rileks.

Jarak lantai dan plafon pun tak luput jadi perhatian Haris. Jarak yang sempit di antara keduanya seolah mempersempit ruang gerak kita. Luasnya jarak antara lantai dan plafon justru membuat kita lebih leluasa bergerak dan sirkulasi udara pun lancar.

Ditanya mengenai estetika penataan rumah mungil, Haris menjawab, "Bagi saya saja yang seorang desainer interior, yang penting nyaman. Estetika nomor dua." Dalam perkembangan selanjutnya, tentunya rumah mungil pun akan berubah karena bertambahnya beberapa hal.

Bertambahnya anggota dan aktivitas keluarga, kebutuhan ruang, dan peningkatan kualitas hidup adalah beberapa di antaranya. Akan tetapi, yang perlu diingat dalam merenovasi adalah mengenali rumah kita terlebih dulu, menghitung kebutuhan ruang, dan menentukan skala prioritas. (D11)

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 2:21 AM   0 comments
Trik menata Hiasan dalam rumah

Banyak orang bingung gimana sih ngeletakkin benda-benda hiasan in the room. Diletakkan sendirian, ga bagus, eh Diletakkin berkelompok, juga nampak aneh. Supaya ngga binyun nih gue kasih triknya:.........

1.klo lu ngelatikan benda seni atawa lukisan didinding , dilarang naroh diatas, lebih dari ketinggian mata. Taro aja sekitar 150 cm dari lantai. Dengan cara ini foto atawa lukisan enak diliatnya.

2.Gunakan hiasan yang sesuai dengan skala rungan, ngga kegedean atawa kekecilan, pokoke gunakan 2 / 3 dari lebar dinding untuk berkreasi. Klo ngga punya lukisan yang cukup besar, coba ngelompokin beberapa barang dan letakkan secara berdekatan untuk memenuhi skala ruang yang ada.

3.Untuk menghindari kemonotonan sebaiknya jangan ngeletakin hiasa di rak meja dan rak didinding berderet-deret seperti pasukan lagi baris, monoton lagi. Nah monoton juga bisa disebabin pengelompokan benda-benda yang sama persis.

4.pedoman yang mengatakan ganjil lebih baik, so….jika ingin melakukan pengelompokan hiasan, letakkan hiasan dalam jumlah ganjil.

5.Usahain dlam satu kelompok tidak terdapat perbedaan tekstur atau warna mencolok. Yang paling baik, mengelompokkan benda-benda yang memiliki tekstur atau sifat yang mirip

Nach segitu dulu aja.. triknya ok….!

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 1:05 AM   0 comments
Saturday, October 14, 2006
Interior Rumah Tidak Harus Mahal

Home sweet home, rumahku istanaku, atau rumah adalah di mana hatiku tertambat" merupakan ungkapan yang tak asing di telinga kita, yang berbisik tentang pentingnya arti rumah bagi para penghuninya. Namun, apa yang bisa membuat rumah kita menjadi tempat ternyaman di muka bumi ini?

Jangan sampai ungkapan kuno "rumah tetangga lebih hijau dari rumah sendiri" mampir, bahkan masuk ke dalam tempat tinggal kita. Bisa jadi rumah kita tidak akan terurus, bak rumah tua yang tak berpenghuni. Serem!

Membangun dan menata rumah ternyata gampang-gampang susah. Sebab, menurut dosen Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung, Gregorius Prasetyo Adhitama, sebuah rumah dibangun berdasarkan karakteristik pemiliknya. Karena itu, setiap detail interior yang ditampilkan pun akan mencerminkan kegemaran, hobi, cita-cita, hingga harapan setiap insan yang menghuni rumah itu.

Menggambarkan rumah ideal yang penuh dengan segala pernak dan perniknya itu membuat kita berpikir ulang, sepertinya butuh uang banyak untuk punya rumah dengan interior yang mencirikan identitas kita. Tapi, idiom itu tidak benar sepenuhnya karena untuk punya rumah berinterior indah, menarik, dan punya nilai fungsi ternyata tidak harus mahal.

"Interior rumah tidak harus mahal, yang penting fungsi dan penempatannya proporsional," ujar Prasetyo, Senin (29/5).

Masyarakat sering salah kaprah dengan anggapan bahwa interior yang bagus haruslah mahal harganya. Padahal, material berbahan murah jika diolah dengan kreativitas dan inovasi pemilik atau desainer interior, bisa menghasilkan produk yang unik, berkelas, bahkan sekilas tampak mahal.

Filosofinya, semua material itu bagus, hanya bergantung pada pengolahan dan pemanfaatan desainnya. Muhamad Aulia, Manajer Proyek Kreea Cipta Interior, mengatakan, bahan yang murah bisa disulap menjadi produk yang tampak mahal, tentunya dengan desain yang tidak pasaran. Jadi, desain rumah pada dasarnya bisa disesuaikan dengan budget pemilik.

Misalnya, lantai marmer bisa diganti ubin semen yang dicetak dengan tekstur daun, dengan finishing diperhalus dan dimengilatkan. Bisa juga mengganti meja kayu jati dengan bahan yang sama kuatnya, atau membuat lampu gantung dari bahan pegangan panci. "Dinding kamar juga bisa diberi ornamen seng gelombang yang dicat sehingga memberi kesan unik pada dinding," Aulia menambahkan.

Selera pemilik

Namun, lain ladang lain belalang, lain rumah lain pula pemiliknya. Diakui Aulia, masih banyak pemilik rumah yang gengsi jika rumahnya dipasangi interior yang murah dan dari bahan-bahan kelas dua. Mereka merasa lebih bangga jika interior yang menempel dan dipajang di rumahnya itu dibeli dari galeri atau toko furnitur terkenal dengan harga selangit.

Tidak jarang model dan desain interior sebuah rumah juga mengikuti gaya hidup pemiliknya. "Semakin eksklusif dan mahal harga barang dan material interiornya, mereka akan makin bangga," ujarnya.

Sebenarnya fungsi interior adalah untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang tinggal di dalam rumah itu, sehingga setiap bentuk sangat disesuaikan dengan karakter pemilik serta lingkungan di mana rumah itu dibangun. Akan tetapi, dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan informasi dan teknologi, muncul keseragaman interior bangunan di berbagai wilayah, seperti gaya minimalis yang saat ini sedang tren. (Timbuktu Harthana)

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 7:12 AM   1 comments
Agar tak Ambrol Digoyang Gempa

Bagi sebagian penduduk Indonesia, seperti di Liwa, Bengkulu, Banggai, dll, gempa bumi merupakan bencana alam yang harus selalu mereka hadapi setiap saat. Pasalnya, tempat yang mereka huni merupakan salah satu jalur gempa di Indonesia.

Kegiatan gempa bumi yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia terkonsentrasi pada tapal batas pertemuan antara 3 lempeng kaku yaitu Lempeng India-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pacific. Lempeng India-Australia bergerak relatif ke arah timur dan menumbuk lempeng benua Eurasia yang relatif stabil, sehingga membentuk jalur subduksi (subduction) sepanjang 6.500 km yang membentang mulai dari laut Andaman di sebelah barat Sumatera berbelok di selat Sunda ke arah selatan Jawa serta menerus ke bagian timur kawasan Indonesia.

Secara historis Sumatera bagian barat yang dekat pertemuan lempeng India-Australia dan Eurasia telah mengalami gempa-gempa besar sebelumnya, seperti gempa Kerinci (tahun 1909, 7 Oktober 1995 berkekuatan 7 SR), gempa dataran tinggi Padang (tahun 1926, 1943), gempa Liwa (tahun 1932, 16 Februari 1994 berkekuatan 6,5 SR), gempa Tes (tahun 1952), gempa Aceh (tahun 1979), gempa Sarulla (tahun 1984) dan gempa Tarutung (tahun 1987).

Sayangnya, tingginya aktivitas kegempaan di Indonesia ini tidak diikuti dengan kesiapan masyarakat untuk menghadapi bencana ini. Misalnya saja kesiapan dari sisi membuat bangunan tahan gempa.

Menurut Staf Pengajar Teknik Sipil ITB, Dr. Ir. Sindur P. Mangkoesoebroto Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan struktur dinding pasangan terkekang. Struktur ini sebetulnya merupakan tembok batu bata biasa dengan kolom-kolom praktis.

Batu bata merupakan material bangunan yang banyak dipilih masyarakat Indonesia baik di pedesaan maupun di perkotaan karena banyak tersedia dan harganya ekonomis. Namun pada umumnya bangunan rumah penduduk yang menggunakan batu bata tidak memenuhi syarat. Misalnya saja, bata yang digunakan terlalu lunak dan rapuh, cara pemasangannya kurang bagus dan sambungan antara kolom dengan balok yang tidak mengikat sehingga ketika terkena gaya, satu sama lain lepas dan tidak bisa mengekang. Padahal, menurut Sindur, antara kolom dan balok seharusnya saling mengekang.

"Banyak sekali kesalahan yang terjadi di lapangan. Baik itu pada rumah-rumah penduduk yang dibangun dengan biaya rendah maupun pada rumah-rumah mewah yang harganya mahal. Karena itu jika bangunan-bangunan tersebut terkena gempa bumi maka resiko yang akan terjadi pada masyarakat sederhana juga akan dialami masyarakat yang lebih kaya," katanya.

Hal seperti ini disaksikan langsung oleh peneliti dari National Institut for Land and Infrastruktur Management (NILIM) Jepang, Dr. Tetsuro Goto. Dr. Goto yang melakukan peninjauan ke berbagai daerah di Indonesia yang terkena gempa bumi melihat bahwa kerusakan bangunan terjadi pada hampir semua strata masyarakat. Di Bengkulu misalnya, ia menyaksikan rumah wakil bupati setempat mengalami kerusakan cukup parah, sama halnya dengan perumahan penduduk pada umumnya. Itu menandakan bahwa pembangunan perumahan pada berbagai strata masyarakat tidak memenuhi persyaratan struktur bangunan yang benar.

Dr. Goto yang melakukan pendokumentasian gedung-gedung yang rusak kemudian melakukan analisis tentang kerusakan yang terjadi. Goto menunjukkan, bagaimana satu dinding pada sebuah rumah bisa tetap berdiri tanpa kerusakan berarti, sementara dinding lainnya justru ambrol.

"Pemilik rumah tanpa menyadari telah membangun dinding pada satu sisi dengan konstruksi yang benar yaitu membuat dinding tersebut terikat secara kuat dengan adanya kolom-kolom. Tapi pada sisi yang lain dari rumah itu, dia tidak membangunnya dengan benar," jelasnya.

Di negara asalnya, Jepang, yang juga sama-sama daerah rawan gempa di dunia, tidak dikenal batu bata merah. Disana, rumah-rumah atau apartemen dibangun dari suatu jenis brick yang dibuat oleh pabrik dan memiliki kekuatan yang lebih baik terhadap gempa bumi.

Ia sudah melakukan penelitian karakteristik kinerja perumahan tahan gempa dengan struktur bata tersusun (bata Jepang kualitas menengah). Kalaupun ia tertarik menganalisis kerusakan bangunan di Indonesia, hal itu antara lain didasari pada kepeduliannya terhadap Indonesia yang sama-sama berada di daerah rawan gempa dunia.

"Indonesia dan Jepang berada di daerah rawan gempa. Kita tidak bisa melarikan diri dari bencana itu. Namun kami para engineer berpikir bagaimana agar pembangunan di daerah seperti itu bisa berkelanjutan. Karena itulah saya mengamati bentuk-bentuk kerusakan bangunan yang terjadi dan menganalisa kesalahan yang dilakukan pemilik rumah ketika membangun," jelasnya.

Dengan menganalisa bentuk-bentuk kerusakan tadi, lanjut Goto, para insinyur harus berpikir bagaimana agar gedung-gedung bisa bertahan terhadap gempa bumi. Dalam kaitan itulah NILIM bersama Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Rekayasa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan instansi terkait, mengadakan kerjasama penelitian dinding pasangan terkekang.

Menurut Dr. Sindur, penelitian pasangan terkekang ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Saat ini, lanjut Sindur, petunjuk penggunaan 'Pasangan Terkekang' belum dibuat di Indonesia. Salah satu alasannya karena para insinyur menganggap pasangan terkekang merupakan struktur sederhana sehingga tidak memberikan perhatian khusus. Di sisi lain, hingga kini belum ada petunjuk praktis bagi masyarakat atau tukang-tukang bangunan tentang bagaimana bangunan yang memenuhi syarat-syarat tahan gempa dan benar secara struktur.

Diakuinya, untuk mengembangkan struktur pasangan terkekang memang masih perlu dilakukan penelitian struktur lebih lanjut serta penerapannya secara langsung yang dikembangkan dalam pembangunan berkelanjutan. "Penelitian pasangan terkekang ini masih butuh waktu beberapa tahun lagi karena adanya keterbatasan dana penelitian. Hasil penelitian ini akan direkomendasikan pada pemerintah sebagai panduan bagi masyarakat dalam membangun rumah dan memperbaiki cara-cara memasang tulangan atau batu batanya sehingga tidak akan terlepas manakala terkena suatu gaya," ujarnya.

Sindur mengatakan, pada pembuatan bangunan dengan struktur pasangan terkekang ini komponen yang ditambahkan adalah tulangan horizontal dan tambahan balok. Penambahan ini bisa jadi akan menambah biaya awal pembangunan sekira 10-15%. Namun penambahan biaya pada awal pembangunan itu, menurutnya, menjadi tidak signifikan jika dibandingkan dengan tingginya nilai keamanan bangunan terhadap gempa bumi. (Ifa/PR). ***

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 6:40 AM   0 comments
Friday, October 13, 2006
PERBAIKAN AKIBAT GEMPA BERDASARKAN KONDISI KERUSAKAN

Plesteran terkulupas

Bersihkan sisa plesteran yang masih melekat di permukaan dinding...........

Periksa kondisi bata. Lihatlah apakah ada keretakan atau tidak pada pasangan batanya. Jika tidak ada, permukaan dinding bias langsung diplester kembali dengan perbandingan semen dan pasir adalah 1 : 5 dan 1 : 6

Untuk memperkuat plesteran, ada baiknya sebelum diplester permukaan dinding dipasangi lapisan kawat kasa nyamuk. Gunanya supaya adukan bias menempel dengan baik pada permukaan dinding.

Bila pasangan bata terdapat keretakan, lebar keretakan harus diukur, apakah lebih dari 0,6 cm atau kurng dari 0,6 cm.

Dinding Retak Lebih dari 0,6

Jika lebar keretakan lebih dari 0,6 cm mak dinding itu harus dirubuhkan, terutama bila keretakan sampai membuat pasangan bata berlubang. Pembuatan dindin baru harus memperhatikan detail strukturnya. Dinding harus diberi perkuatan seperti pemakaian kolom praktis dan angkur. Setiap enam lapis bata keatas harus diberi angkur yang dihuungan dengan kolom praktis.

Dinding Lepa pada Sudut Pertemuan

Bila kondisi kerusakannya seperti ini maka dinding harus dibongkar. Buatlah dinding barudan diberi perkuatan berupa angkur horizontal yang dikaitkan dengan kolom. Angkur yang terbuat dari tulangan baja diameter 8 mm denan panjang kurng lebih ¼ bentang dinding, dipasang setiap 10 lapis bata.

Dinding miring

Kemiringan dinding lebih dari 4 derajat maka dinding itu harus dirubuhkan dan diganti dengan dinding baru

Dinding Sopi-Sopi atau Kuda-kuda gunungan rubuh

Penyebab utama dinding ini rubuh karena tidak ada perkuatan berupa kolom di kedua sisi miringnya dan ditengah berupa kolom. Hbungan antar kolom ini harus diperhatikan. Kolom sis miring harus dihubungkan dengan balok didasar dinding sopi-soopi. Selain perkuatan berupa kolom, beri juga perkuatan berupa angkur yang menembus kedinding.

Dinding retak tidak lebih dari 0,6 cm

Jika lebar keretakan diding tidak lebih dari 0,6 cm, perbaikan nya tidak perlua dilakuakn dengan merubuhkan didning, perbaikan dilakukan dengan cara :

Bongkar plesteran disekitar retakan dan lubangi bata di sekitar.

Beri campuran adukan semen dan pasir pada lubang tersebut.

Bila perlu, pasng juga besi tulangan diameter 8 mm dan panjang 30 cm untuk setiapp 10 lapis bata. Tulangan unu dupasang tegak lurusterhadap garis retakan. Setelah tulangan dipasang, tutup kembali lubang yang dibuat dengan campuran adukan semen dn pasir.

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 7:38 PM   0 comments
Wednesday, October 11, 2006
Pengawetan bambu

Setelah ditebang, bamboo perlu diberi perlakuan khusus untuk meningkatan keawetannya.cara yang dipakai Jatnika adalah dengan “merebus” batng-batangbamboo didalam bak rendam yang berisi air dn kapur gamping. Setelah tiga hari, dari ujung bambu akan keluarcairan kuning. Ini bertanda ahwa proses perebusan sudah cukup. bambu lalu ditiriskan untuk selanjutnya dicuci dan diamplas.

Sementara itu Dipl.Ing. Christoph Tonges dari Universitas Aachen, Jerman yang juga mendalami subject bamboo, menyebutkan beberapa metode untuk pengawetan bamboo.

1.Peredaman dengan Air

Bamboo direndam selama 4-12 minggu didalam air yang diam atau bergerak. Cara ini akan melarutkan pati yang ada didalam batang bamboo. Namun cara ini jga beresiko merapuhkan bamboo.

2.Perebusan

Bambu direbus dalam air selama 15-60 menit untuk mngeluarkan pati dari batang bambu

3.Pemanasan

Batang-batang bamboo dipanaskan (dioven) sebentar pada suhu 1500C ke atas. Perlakuan ini akan merubah struktur permukaan bamboo sehingga lebih tahan serangan serangga. Kekurangannya, batang bamboo bias pecah karena terlalu kering.

4.Borax

Cairan borax dialirkan kedlam batang bamboo. Diindonesia, bamboo didirikan kemudian cairan borax dimasukkan dari atas. Cairan akan merembes hingga mencapai dasar bamboo. Cara ini mirip dengan metode Bouchery yang dikembangkan di Costa Rica oleh Gonzales dan Janssen. Pada meode ini, Borak dinjeksikan kedalam bamboo dengan tekanan yang kuat.setelah mengalami perlakuan dengan borak ini, kadar air didalam bamboo akan meningkat sehingga perlu dikeringkan.

5.Pelapisan Permukaan

Tonges menyebutkan sebuah resep tradisional dari Lebanon.campurannya terdiri dari wax (wood care) dicampur dengantar yang dilarutkan dalam paraffin. Dengan ramuan ini permukaan bamboo akan berwarna coklat gelap.

Sebenarnya secara tradisional, bangsa Indonesia juga sudah mengenal metode ini. Bahan yang dulu sering dipakai adalah kapur gamping atau kapurdicampur kotoran sapi. Jatnika, yang sudah lebih modern pengolahannya, menggunakan cat clear coating. Menurutnya pelapisan dengan cat clear coating ini perlu dilakukan selama tiga tahun berturut-turut. Setelah itu frekuensi pengulangan bias lebih panjang karena pada permukaan bamboo sudah terbentuk lapisan pelindung yang cukup tebal.

6.Pengasapan

Daun dan batang bamboo dipotong kemudian dibakar untuk mengasap batang bamboo. Tingkat panas asap arus mencapai 50-60 oC. cara ini banyak dipraktekkan di Jepang. Kelemahan cara ini adalah bau kurang enak setelah selesai diasap.

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 9:44 PM   0 comments
Khatulistiwa yang Memengaruhi Desain Atap dan Dinding

SEPERTI rambut yang menjadi mahkota seseorang, atap sebuah rumah atau bangunan tertentu juga menjadi salah satu daya tarik dari rumah atau bangunan bersangkutan. Namun, desain atap tidak hanya wajib memerhatikan faktor estetika, tetapi juga harus memerhatikan faktor musim saat rumah atau bangunan tersebut didirikan.

>

Secara tidak langsung, sebagai negara bersabuk khatulistiwa, sekalipun kaya dengan minyak bumi, kita tetap harus mengedepankan keuntungan geopolitis tersebut dalam mendesain atap suatu bangunan yang masih akan dibangun.

Contoh pemanfaatan musim pada desain atap ini dapat dilihat pada beberapa gedung di Kuala Lumpur, negeri jiran Malaysia, seperti bangunan Kuala Lumpur Internasional Airport, yang biasa disebut KLIA saja, atau Kuala Lumpur Sentral Station, yang juga biasa disingkat KLSS.

Kedua bangunan yang desainnya sudah termasuk kategori desain gaya baru itu benar-benar minim genteng maupun dinding dari batu bata seperti yang diidentikkan dengan rumah orang Melayu umumnya. Kedua bangunan tersebut juga tidak seperti bangunan modern lainnya yang lebih banyak didominasi konstruksi beton. Sebab, gedung KLIA maupun KLSS lebih banyak didominasi berbagai jenis kaca yang mulai terlihat pada konstruksi atap hingga dinding gedungnya. Sementara konstruksi utama kedua gedung tersebut adalah baja.

Jelas, keuntungan memanfaatkan kaca sebagai bagian dari atap maupun dinding akan berpengaruh besar terhadap penggunaan listrik pada gedung bersangkutan yang memang merupakan salah satu titik kesibukan orang banyak, yang mungkin akan berlangsung lebih dari 18 jam atau bahkan hingga 24 jam.

Untuk itulah desain atap serta dinding yang menggunakan kaca akan banyak menolong memperkecil rekening listrik bangunan tersebut. Dengan demikian, penerangan gedung tersebut yang berasal dari listrik akan mencapai penggunaan maksimalnya hanya pada malam hari. Itu pun tentu pada tempat-tempat khusus saja.

Belum lagi bila pada konstruksi atap juga ada bagian atap dari solar cell, yang dapat menyimpan energi matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Tentu akan lebih istimewa lagi karena dapat melakukan efisiensi cukup besar.

PERAWATAN bangunan dengan konstruksi baja serta desain atas dan dinding dari kaca ini tentu berbeda dengan bangunan dengan konstruksi dasar beton serta beratap genteng dan berdinding masif atau tembok batu bata saja.

Bangunan dengan konstruksi utamanya beton serta beratap masif atau genteng dan berdinding tembok yang cenderung serupa satu bangunan dengan bangunan lainnya tentu jauh lebih mudah perawatannya. Tentu kalaupun pemiliknya ingin ada perubahan, paling mungkin hal yang akan diganti adalah cat dinding bangunan. Sedangkan perawatan atapnya sama sekali tak perlu ada selama tak ada kerusakan pada genteng.

Namun, bila konstruksi dasar bangunannya dari baja, selain pekerjaan awalnya memiliki kesulitan mengingat semua potongan baja yang akan dihubungkan satu dengan lainnya harus presisi, perawatannya pun membutuhkan tenaga manusia yang tidak sedikit.

Apalagi seperti di Indonesia, khususnya ibu kota negara ini yang segalanya belum memiliki standar. Akibatnya adalah debu di mana-mana, mulai dari debu jalanan yang sudah bercampur dengan asap knalpot sampai asap dari cerobong industri.

Begitu juga untuk konstruksi atap yang lebih didominasi oleh kaca yang tidak menghambat cahaya matahari. Bila dibandingkan dengan atap masif atau atap genteng, jelas atap kaca harus mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Nilai perawatannya bisa sedikit menurun bila jalan-jalan yang ada tidak lagi mengalami bongkar pasang dengan alasan yang sama serta seluruh kendaraan bermotor yang ada benar-benar sudah menggunakan bahan bakar tak bertimbal atau bahan bakar gas.

Begitu pula dengan dinding kaca yang tentu bukan hanya membutuhkan perawatan agar tetap bersih, tetapi juga pengawasan dari sejumlah orang yang kadang mau tabrak saja tanpa melihat ada kaca di depannya. Sedikit banyak perawatan dinding suatu bangunan yang terdiri dari kaca akan sangat bergantung pada tinggi rendahnya kesadaran masyarakat bersangkutan terhadap tata tertib yang ada.

Belum lagi kalau muncul sikap vandalisme orang kita yang tidak pernah hilang. Tentu konstruksi dinding kaca akan sangat rawan. Contohnya sudah banyak terjadi dengan perusakan yang dilakukan warga dengan melempar batu.

Mungkin karena faktor itulah, dalam pemilihan desain atap bakal Stasiun Pusat Manggarai Baru, yang kegiatan konstruksinya baru akan dimulai pada awal tahun 2006 dan direncanakan sudah dapat digunakan pada tahun 2009, pihak Direktorat Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan memilih desain atap yang menggunakan desain gaya baru seperti High-tech Expression.

Sebab, yang dipilih justru konstruksi bentuk yang tetap menggunakan genteng, tetapi desainnya sudah lebih maju karena tidak lagi berpatokan pada atap joglo, seperti konstruksi atap di Stasiun Gambir.

Dengan demikian, kehadiran suatu bangunan dengan desain gaya baru yang jauh lebih memperhitungkan keuntungan kondisi geografisnya sehingga dapat menekan biaya operasional gedung bersangkutan di Indonesia masih sangat bergantung pada orang Indonesia sendiri.

Bila demikian, berarti kita harus rela kalau bakal tertinggal lebih jauh lagi dengan negeri jiran Malaysia sekalipun. Maklum, mereka memiliki sumber daya manusia yang lebih baik daripada kita yang katanya negeri para.... (KORANO NICOLASH LMS)

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 3:12 AM   0 comments
Monday, October 09, 2006
KONSEP RUMAH TAHAN GEMPA

Denah Bangunan :
* Denah yang terlalu panjang harus dipisahkan (Gambar 1.a)
* Denah berbentuk L harus dipisahkan (Gambar 1.b)
* Denah berbentuk U harus dipisahkan (Gambar 1.C)

Bangunan Tembok :

* Dinding bata harus kuat dengan kolom,sloof, rinf balok dari beton atau kayu
* Dinding bata harus angker terhadap kolom,sloof dan ring balok
* Sloof harus diberi angker terhadap pundasi

Bangunan Kayu :

* Hubungan antara kolom dan balok atap harus diberi balok penapong diagonal dan datar
* Hubungan antara balok lantai dan kolon harus diberi balok panopang diagonal dan datar
* Pundasi umpak harus tertanam sedalam > 20 cm ke dalam tanah
baca lagi ah.......
posted by igunz @ 11:57 PM   0 comments
Limbah Deterjen dan Limbah Mandi

Selain dterjen, rumah tangga juga menghasilkan limbah dari dapur dan limbah bekas mandi. Ketiga limbahini dikenal dengan nama Greywater atau limbah nono kakus. Rumah tangga menghasilkan pula limbah kotoran manusia, yang kenal dengan nama lackwater. Beberapa ahli menambahkan satu kategori lagi untuk limbah tetesan AC dan kulkas sebagai Clean Water. Dalam kehidupan seari, hari, Clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya sedikit lebih banyak dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluan bersih, bersih, misalnya cuci piring atau pakaian.

Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung kesolokanang ada didepan rumah, tana diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang menjadi tempat bermuaranya selokan, menjadi tercemar, warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan bau busuk. Sellain bias menyebabkan ikan-ikan mati , zat-zat polutan yang terkandung dalam limbah juga bias menjadi sumber penyakit seperti kolera disentri, dan befbagai penyait lainnya. Coba tengok pengalaman dikota london tahun 1848 dan 1853. kal itu terjadi wabah kolera yang menewaskan 10.000 penduduk disekitar sungai themes. Ujsut punya usut, ternyata wabah itu disebabkansungai themes tercemar limbah rumah tangga.

Berbeda dengan blackwater, greywater unu tidak dapat dibuang diseptic tank, karena kandungan deterjeb dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan diseptic tank. Karena itu, diperlukan suatu pengolahan khusus yang dapat menetralisir kandungan ditejen dan juga menangkap lemak.

Cara yang paling sederhana mengatasi greywater dengan menanami selkan didepan rumah dengan tanaman air yang bias menyerap zat pencemar. Tanaman yang bias digunakan antara lain jaringan, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah namun hanya bias menyerap sedikit zat poencemardan tak bias menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang keselokan.

Cara yang lebih efektif adalah dengan membuat suatu instalansi pengolahan yang sering disebut dengan SPAL (system pengolah air limbah).

Instalsi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap samaph yang dilengkapi dengan kaca 1 cm2, ruang untuk menangkap pasir.

Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir dengan lancer. Didalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 6:49 PM   0 comments
Dinding, Balok dan Kolom

Membangun rumah harus urut, dari awah sampai atas. Dengan perencanaan yang baik, tentu hasil yang didapatkannya juga baik. Setelah pondasi selesai dikerjakan, selanjutnya adaalah pekerjaan dinding. Rumah satu lantai dengan tembok dinding dari pasangan batu merah dan tau batako, sebaiknya diberi pengikat dan penguat berupa rangka beton bertulang.

Perkuatan dan pengikat kesatuan dinding berupa sloof diatas pondasi yang berfungsi untuk beratakan beban dan mengikat tembok menjadi satu kesatuan.

Kolom disudut-sudut dan pertemuan tembok yang berfungsi memperkuat tembok, menahan beban lateral/ kearah samping ketika terjadi gempa. Sedang balok ikat/ring balk diatas tembok untuk mengikat tembok bagian atas dan meneruskan beban atap ke kolom

Bila dinding terlalu luas, dinding harus dibagi kedalam eberapa bagian dengan membuat kolom praktis pada dinding. Luas maksimal dinding yang dibatasi oleh sloof, kolom dan balok adalah 10 m2 (kurang lebih setiap 3 m panjang tembok harus diberi kolom praktis

Sloof/balok pondasi dibuat dari beton bertulang dengan 4 tulangan diameter minimum 10 mm (dianjurkan 12 mm) dengan sengkang/begel ukuran 8 mm pada setiap jarak 15 cm.Campuran adukan beton dianjurkan 1 bagian semen : 2 bagian pasir dan 33 bagian krikil.

Pda setiap jarak 1 m sloof dijangkarkan ke pondasi dengan tulangan besi kait diameter 10 mm sepanjang 40 cm. Antara Sloof satu dengan yang lainnya harus menjadi satu kesatuan dengan cara meneruskan tulangan sisi luar kearah yang satu dengan kearah yang lain sepanjang minimum 40 cm

Kolom dibuat dari beton bertulang dengan tulangan 4 buah diameter minimum 10 mm diberi sengkang tulangan baja diameter 8 mm dengan jarak maksimum 15 cm. tulangan kolom harus diteruskan dan dan mengkaitkan ke sloof dan pondasi. Pasangan bata/batako bias dialkuakn lapis dengan siar selang-seling. Sebelum dipasang, bata direndam dalam ember berisi air hingga udara dalam bata keluar (jenuh air) .

Plesteran dibuat dari adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1 semen : 5 pasor. Siar harus penuh dengan tebal siar minimum 1 cm. tinggi maksimum adalah 1 m per hari. Setiap 6 lapisan bata/batako dipasang jangkar dari tulangan baja diameter 10 mm sepanjang 40 cm yang dikaitkan masuk kedalam kolom praktis lalu dicor.

Dinidng diplesrer dengan tebal minimal 1 cm pada kedua sisi dinding. Diatas kusen pintu dan pada kedua jendela sebaiknya dipasang balok ikat (lintel beam) dari beton bertulang.

Setelah seluruh tinggi tembik selesai, diatasnya dibuat/dicor balok ikat (ring balk) beton bertulang. Ring balk diberi tulangan 4 buah diameter 10 mm dengan sengkang diameter 8 mm dengan jarak maksimum 15 cm. diantara balok ikat arah satu dengan arah lainnya harus dibuat terusan tulangan dengan panjang bengkokan tulangan yang masuk kearah lainnya sekurang-kurangnya 40 cm.

baca lagi ah.......
posted by igunz @ 6:41 PM   0 comments
Sunday, October 08, 2006
"Machizukuri", Model Partisipasi Masyarakat Jepang dalam Pembangunan Kota
Perkembangan Perencanaan Kota di Jepang

"Machizukuri" adalah istilah dalam bahasa Jepang yang terdiri dari 2 kata yakni "machi" (kota) dan "zukuri" (membangun, berkreasi) yang belakangan ini menjadi istilah umum atau gerakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari di Jepang. Meskipun secara harfiah berarti "membangun atau merencanakan kota" tetapi dalam definisi selanjutnya (2 dasa warsa belakangan ini) menjadi lebih menekankan pada kegiatan partisipasi masyarakat untuk pembangunan wilayahnya (community participation). Ini adalah model pembangunan tengah-tengah, kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat sebagai intinya (community-based planning). Intinya, masyarakat tidak bisa hanya bergantung dari kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah saja, melainkan yang diutamakan lebih dahulu adanya inisiatif dan masukan dari masyarakat.
Dari sini, manfaat eksistensi "machizukuri" tampak nyata. Banyak rencana wilayah yang selesai berkat partisipasi masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat terbantu menjadi lebih hidup (semacam chounaikai, chijikai), dan juga secara tak langsung memberi porsi demokrasi pada pengambilan keputusan dari tingkat bawah. Beberapa hasil rencana yang banyak mendapat perhatian atau dijadikan contoh antara lain adalah: Kobe City Machizukuri Ordinance (1982 dan 1995), Setagaya Machizukuri Ordinance (1982, direvisi tahun 1995), Toyonaka Machizukuri Ordinance (1994), dan Kamakura Machizukuri Ordinance (1997). Beberapa keunikan bisa pula dilihat di situ, seperti bagaimana warga Setagaya berinisiatif untuk berdiri menjadi sebuah kecamatan sendiri atau warga Kamakura menghasilkan konsep hidup berdampingan dengan (kawasan) "sejarah". Bisa pula dibandingkan bagaimana usulan warga Kobe pada saat sebelum gempa (1982) dan hasil adaptasi pada rencana baru setelah gempa (1995).
Momentum Gerakan "Machizukuri"
Satu penyebab penting merebaknya gerakan "machizukuri" ke dalam satu tatanan sosial masyarakat Jepang yang meluas dewasa ini adalah adanya kombinasi gerakan "top-down" perencanaan kota dari pemerintah pusat Jepang yang kaku berbarengan dengan meroketnya ekonomi Jepang pada tahun 1980-an tadi, ditambah banyaknya ketidakpuasan terhadap pembangunan yang sering dibarengi dengan banyaknya masalah lingkungan yang terjadi, terutama pada pembangunan pusat-pusat kota (inner city development) di akhir 80-an. Meskipun pada awal merebaknya gerakan "machizukuri" (akhir 80-an) dengan dukungan pemerintah daerah, tapi pada kenyataannya kontrol yang berlebihan masih tetap sering mereka dapatkan (Kawashima, 2001).
Gempa Kobe (Hanshin-Awaji Earthquake) di tahun 1995 adalah titik tolak kebangkitan gerakan "machizukuri" ini di Jepang. Beberapa sumber menyebut bahwa respon pemerintah (pusat maupun daerah) yang kurang cukup, tergantikan oleh usaha nyata sukarela dari masyarakat yang lebih cepat dan lebih efektif. Dari situ menjadi bukti yang memperkuat disahkannya Undang-undang Kegiatan Nonprofit Khusus (Law to Promote Specialized Non-Profit Activities) yang baru pada tanggal 25 Maret 1998. Dari data di Kantor Kabinet (2006) diketahui juga bahwa sejak tahun 1998 hingga 31 Maret 2006 lebih dari 15 ribu NPO terdaftar di Jepang, dan hampir seperlimanya (lebih dari 2500 NPO) adalah organisasi masyarakat yang bergerak dalam kegiatan "machizukuri". Secara langsung ini membuat posisi tawar masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan lingkungan juga menjadi semakin kuat.
Implementasi Gerakan "Machizukuri"

Satu yang harus disesuaikan dengan kegiatan pembangunan dengan model "machizukuri" ini adalah kesabaran dalam menampung semua aspirasi masyarakat yang berimplikasi pada lamanya waktu (dari rencana sampai eksekusi) yang diperlukan dalam sebuah kegiatan. Dari sini, perencanaan jangka panjang, seperti pembuatan rencana induk (master plan) yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak, kegiatan "machizukuri" sangat lah membantu untuk menyerap aspirasi masyarakat secara utuh. Dari simulasi beberapa kegiatan yang telah banyak dilakukan, tahapan-tahapan yang ada semacam: "sharing" visi, memperkecil kontradiksi, sampai membangun dan menyetujui usulan strategis bersama-sama, benar-benar menuntut ketahanan. Dalam proses pengambilan keputusan ini masyarakat didampingi oleh fasilitator yang mempunyai kompetensi, seperti dari perguruan tinggi atau penunjukkan dari pemerintah daerah. Meskipun menguras enerji, tetapi proses semacam ini mampu untuk menghindari munculnya beberapa kasus perencanaan yang masif dan intensif dengan modal besar, yang biasanya berujud proyek yang tiba-tiba, "menekan", dan harus diselesaikan dalam hitungan dan target waktu tertentu.
Dari sini, manfaat eksistensi "machizukuri" tampak nyata. Banyak rencana wilayah yang selesai berkat partisipasi masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat terbantu menjadi lebih hidup (semacam chounaikai, chijikai), dan juga secara tak langsung memberi porsi demokrasi pada pengambilan keputusan dari tingkat bawah. Beberapa hasil rencana yang banyak mendapat perhatian atau dijadikan contoh antara lain adalah: Kobe City Machizukuri Ordinance (1982 dan 1995), Setagaya Machizukuri Ordinance (1982, direvisi tahun 1995), Toyonaka Machizukuri Ordinance (1994), dan Kamakura Machizukuri Ordinance (1997). Beberapa keunikan bisa pula dilihat di situ, seperti bagaimana warga Setagaya berinisiatif untuk berdiri menjadi sebuah kecamatan sendiri atau warga Kamakura menghasilkan konsep hidup berdampingan dengan (kawasan) "sejarah". Bisa pula dibandingkan bagaimana usulan warga Kobe pada saat sebelum gempa (1982) dan hasil adaptasi pada rencana baru setelah gempa (1995).

Momentum Gerakan "Machizukuri"

Satu penyebab penting merebaknya gerakan "machizukuri" ke dalam satu tatanan sosial masyarakat Jepang yang meluas dewasa ini adalah adanya kombinasi gerakan "top-down" perencanaan kota dari pemerintah pusat Jepang yang kaku berbarengan dengan meroketnya ekonomi Jepang pada tahun 1980-an tadi, ditambah banyaknya ketidakpuasan terhadap pembangunan yang sering dibarengi dengan banyaknya masalah lingkungan yang terjadi, terutama pada pembangunan pusat-pusat kota (inner city development) di akhir 80-an. Meskipun pada awal merebaknya gerakan "machizukuri" (akhir 80-an) dengan dukungan pemerintah daerah, tapi pada kenyataannya kontrol yang berlebihan masih tetap sering mereka dapatkan (Kawashima, 2001).

Gempa Kobe (Hanshin-Awaji Earthquake) di tahun 1995 adalah titik tolak kebangkitan gerakan "machizukuri" ini di Jepang. Beberapa sumber menyebut bahwa respon pemerintah (pusat maupun daerah) yang kurang cukup, tergantikan oleh usaha nyata sukarela dari masyarakat yang lebih cepat dan lebih efektif. Dari situ menjadi bukti yang memperkuat disahkannya Undang-undang Kegiatan Nonprofit Khusus (Law to Promote Specialized Non-Profit Activities) yang baru pada tanggal 25 Maret 1998. Dari data di Kantor Kabinet (2006) diketahui juga bahwa sejak tahun 1998 hingga 31 Maret 2006 lebih dari 15 ribu NPO terdaftar di Jepang, dan hampir seperlimanya (lebih dari 2500 NPO) adalah organisasi masyarakat yang bergerak dalam kegiatan "machizukuri". Secara langsung ini membuat posisi tawar masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan lingkungan juga menjadi semakin kuat.

Implementasi Gerakan "Machizukuri"

Satu yang harus disesuaikan dengan kegiatan pembangunan dengan model "machizukuri" ini adalah kesabaran dalam menampung semua aspirasi masyarakat yang berimplikasi pada lamanya waktu (dari rencana sampai eksekusi) yang diperlukan dalam sebuah kegiatan. Dari sini, perencanaan jangka panjang, seperti pembuatan rencana induk (master plan) yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak, kegiatan "machizukuri" sangat lah membantu untuk menyerap aspirasi masyarakat secara utuh. Dari simulasi beberapa kegiatan yang telah banyak dilakukan, tahapan-tahapan yang ada semacam: "sharing" visi, memperkecil kontradiksi, sampai membangun dan menyetujui usulan strategis bersama-sama, benar-benar menuntut ketahanan. Dalam proses pengambilan keputusan ini masyarakat didampingi oleh fasilitator yang mempunyai kompetensi, seperti dari perguruan tinggi atau penunjukkan dari pemerintah daerah. Meskipun menguras enerji, tetapi proses semacam ini mampu untuk menghindari munculnya beberapa kasus perencanaan yang masif dan intensif dengan modal besar, yang biasanya berujud proyek yang tiba-tiba, "menekan", dan harus diselesaikan dalam hitungan dan target waktu tertentu.
Di Kota Kobe, Hyogo Prefektur sebagai contoh, semenjak pembangunan kembali kotanya dari reruntuhan bencana itu, telah memikirkannya secara matang konsep pembangunan bagian kota yang berbasis pada keseimbangan pembangunan komunitas, ekonomi, dan lingkungan warga yang membentuk jejaring dalam kota (Gambar 3.). Juga di Kota Fukaya, Saitama Prefektur, yang oleh para peneliti dicap sukses dalam merestorasi isu terkini dalam sebuah kota ini dengan jalan mengoptimalkan partisipasi masyarakatnya melalui kegiatan "machizukuri" ini. Buktinya, pusat Kota Fukaya berupa Jalan Nakasendou menjadi hidup kembali melalui serangkaian revitalisasi fisik dan mengisinya dengan berbagai macam aktivitas warga kota yang sebagian besar lanjut usia itu (dari bisnis misalnya "pasar tiban" sampai kegiatan budaya semacam festival).
baca lagi ah.......
posted by igunz @ 1:28 AM   0 comments

BLOGGER

Calender

Get your own calendar

Previous Post
Arsip la yaw......
Kesen dan Pesen
nama :
web site:
Pesan dan kesan.. :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Rekanan
Powered by